K-R Terbaru :

K-R Twitter

Cerita Cinta : Tidak Ada yang Mustahil

Senin, 05 Desember 2011


Los Felidas adalah nama sebuah jalan di salah satu ibu kota negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan terkumuh diseluruh kota . Ada sebuah kisah Natal yang menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang. Cerita ini dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu seorang gadis kecil. Tidak seorangpun yang tahu nama aslinya, tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa ia bukan penduduk asli kota itu, melainkan dibawa oleh suaminya dari kampung halamannya. Seperti kebanyakan kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka, Tidak sampai setahun di kota itu, mereka sudah kehabisan seluruh uangnya.

Hingga suatu pagi mereka menyadari akan tinggal dimana malam nanti dengan tidak sepeserpun uang ada dikantong. Padahal mereka sedang menggendong seorang bayi berumur satu tahun. Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya dan tiba di sebuah jalan sepi dimana puing-puing dari sebuah toko seperti memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.

Saat itu angin Desember bertiup kencang, membawa titik-titik air yang dingin. Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu, sang suami berkata, “Saya harus meninggalkan kalian sekarang untuk mendapatkan pekerjaan apapun, kalau tidak malam nanti kita akan tidur disini.” Setelah mencium bayinya ia pergi. Itu adalah kata-katanya yang terakhir karena setelah itu ia tidak pernah kembali. Tak seorangpun yang tahu dengan pasti kemana pria itu pergi, tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal yang menuju ke Afrika.

Selama beberapa hari berikutnya sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya, Dan bila malam menjelang ibu dan anaknya tidur di emperan toko itu. Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu, orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil, Dan jadilah mereka pengemis di sana selama enam bulan berikutnya.

Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan untuk bekerja. Persoalannya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir 2 tahun, dan tampak amat cantik. Keliahatannya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk keadaan mereka.

Suatu pagi ia berpesan pada anaknya, agar ia tidak pergi kemana-mana, tidak ikut siapapun yang mengajaknya pergi atau yang menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat. “Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita”.

Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan. Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal selama tujuh bulan agar tampak kosong, dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya, di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti, kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju ke pabrik sepatu, dimana ia bekerja sebagai pemotong kulit. Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh tersebut

Dengan suka cita sang ibu menuju ke penginapan orang-orang miskin itu, membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa, dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota . Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru, membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya kesebuah rumah mewah di pusat kota.

Di situ gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun. Suami istri dokter tersebut memberi nama anak gadis itu Serrafona, mereka memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah kemewahan istana gadis kecil itu tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano. Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi. Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya, dan bumi terus berputar tanpa kenal istirahat.

Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak gadis gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano, yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah figur gadis yang menjadi impian setiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda yang welas asih, yang bernama Geraldo.

Setahun setelah perkawinan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman bunga dan istana yang paling megah di kota Itu.

Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi yang merubah kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja kerja ayahnya, ia menemukan selembar foto seorang anak bayi yang digendong sepasang suami istri. Selimut yang dipakai untuk menggendong bayi itu lusuh, dan bayi itu sendiri tampak tidak terurus, karena walaupun wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap kusam. Sesuatu di telinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pandangannya pada telinga kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri, dan mengeluarkan sebuah kotak kayu mahoni. Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia menyimpan seluruh barang-barang pribadinya, dari kalung-kalung berlian hingga surat-surat pribadi. Tapi diantara benda-benda mewah itu tampak sesuatu yang terbungkus oleh kapas kecil, sebentuk anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan terbuat dari emas murni.

Almarhum ibu memberinya benda itu dengan pesan untuk tidak menghilangkannya. Ia sempat bertanya, kalau itu anting, dimana pasangannya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya. Serrafona menaruh anting itu di dekat foto. Sekali lagi ia mengerahkan seluruh kemampuan melihatnya dan perlahan-lahan air matanya berlinang. Kini tak ada keragu-raguan lagi bahwa bayi itu adalah dirinya sendiri. Tapi kedua pria wanita yang menggendongnya, dengan senyum yang dibuat-buat, belum pernah dilihatnya sama sekali. Foto itu seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini mengungkungi pertanyaan-pertanyaannya, kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya.

Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam, berkilat dibenaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa dingin sekelilingnya tetapi ia juga merasa betapa hangatnya kasih sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu. Ia seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah lebih baik mereka mati bersama.

Matanya basah ketika ia keluar dari kamar dan menghampiri suaminya, “Geraldo, saya adalah anak seorang pengemis, dan mungkinkah ibu sekarang masih ada di jalan setelah 25 tahun?” Ini semua adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa lalu Serrafonna. Foto hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar ke seluruh jaringan kepolisian di seluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafonna mendapatkan dukungan dari seluruh kantor kearsipan, penerbit surat kabar dan kantor catatan sipil. Ia membentuk yayasan-yayasan untuk mendapatkan data dari seluruh panti-panti orang jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang seorang wanita.

Bulan demi bulan telah berlalu, tapi tak ada perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis 25 tahun yang lalu dinegeri dengan populasi 90 juta bukan sesuatu yang mudah. Tapi Serrafona tidak punya pikiran untuk menyerah. Dibantu suaminya yang begitu penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian.sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar untuk lebih akrab dengan nasib baik. Terkadang ia berharap agar ibunya sudah almarhum sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi ia tahu, entah bagaimana, bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-angguk penuh pengertian.

Saat itu waktu sudah memasuki masa menjelang Natal. Seluruh negeri bersiap untuk menyambut hari kelahiran Kristus, dan bahkan untuk kasus Serrafona-pun, orang tidak lagi menaruh perhatian utama. Melihat pohon-pohon terang mulai menyala disana-sini, mendengar lagu-lagu Natal mulai dimainkan ditempat-tempat umum, Serrafona menjadi amat sedih.

Pagi, siang dan sore ia berdoa, “Tuhan, saya bukannya tidak berniat merayakan hari lahirMu, tapi ijinkan saya untuk satu permintaan terbesar dalam hidup ini, temukan saya dengan ibu”. Tuhan mendengarkan doa itu. Suatu sore mereka menerima kabar bahwa ada seorang wanita yang mungkin bisa membantu mereka menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, mereka terbang ke tempat wanita itu berada, sebuah rumah kumuh di daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka. Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separoh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita di dalam foto. Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah mencuri seorang gadis kecil di tepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu. Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan bahkan potongan jalan dimana ia mengincar gadis kecil itu dan kemudian menculiknya. Serrafona memberi anak perempuan yang menjaga wanita itu sejumlah uang.

Malam itu juga mereka mengunjungi kota di mana Serrafonna diculik, mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu. Semalaman Serrafona tidak bisa tidur untuk kesekian kalinya ia bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa Ibunya masih hidup dan sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya.

Dua hari lewat tanpa kabar. Pada hari ketiga, pukul 18:00 senja, mereka menerima telepon dari salah seorang staff mereka. “Tuhan Maha Kasih nyonya, kalau memang Tuhan mengijinkan, kami mungkin telah menemukan ibu nyonya, hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak terlalu banyak lagi.” Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, di pinggiran kota yang kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah disepanjang jalan itu tua-tua dan kusam. Satu, dua anak kecil tanpa baju bermain-main di tepi jalan dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikutnya yang lebih kecil lagi. Semakin lama mereka masuk dalam lingkungan yang semakin menunjukkan kemiskinan.

Tubuh Serrafona gemetar, ia seolah bisa mendengar panggilan itu. “Cepat, Serrafonna, mama menunggumu, sayang”. Ia mulai berdoa, “Tuhan beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan apa saja untuknya”. Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia berdoa: “Tuhan beri saya sebulan saja”. Mobil masih berbelok lagi kejalanan yang lebih kecil, dan angin yang penuh derita bertiup, berebut masuk melewati celah jendela mobil yang terbuka.
Ia mendengar lagi panggilan mamanya, dan ia mulai menangis: “Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak, cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan”. Ketika mereka masuk dibelokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebat sehingga Geraldo memeluknya erat-erat. Jalan itu bernama Los Felidas, panjangnya sekitar 180 meter dan hanya kekumuhan yang tampak dari sisi ke sisi, dari ujung keujung.

Di tengah-tengah jalan itu, di depan puing-puing sebuah toko, tampak onggokan sampah dan kantong-kantong plastik, dan ditengah-tengahnya, terbaring seorang wanita tua dengan pakaian sehitam jelaga, tidak bergerak.
Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya dan 3 mobil polisi, di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti empat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul pengemis-pengemis yang segera memenuhi tempat itu.

“Belum bergerak dari tadi.” Lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun dari mobil, suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu mertuanya.
“Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus menguatkan hatimu.” Serrafona memandang tembok dihadapannya, dan ingatan semasa kecilnya kembali menerawang saat ia menyandarkan kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kakinya dan kembali terlintas bayangan ketika ia mulai belajar berjalan. Ia membaui bau jalanan yang busuk, tapi mengingatkannya pada masa kecilnya.

Air matanya mengalir keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat. “Tuhan”, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, “Beri kami sehari,Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberinya tahu bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Sehingga mama tidak sia-sia pernah merawat saya”.
Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu kedadanya, wanita tua itu perlahan membuka matanya dan memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan perlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air mata yang tampak seperti wajahnya sendiri di saat ia masih muda.

“Mama….”, ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang selama ini ditunggunya tiap malam dan seiap hari, antara sadar dan tidak kini menjadi kenyataan.
Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik lagi jiwanya yang akan lepas, dengan perlahan ia membuka genggaman tangannya, tampak sebuah anting yang sudah menghitam. Serrafona mengangguk dan menyadari bahwa itulah pasangan anting yang selama ini dicarinya dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.

“Mama, saya tinggal di istana dengan makanan enak setiap hari. Mama jangan pergi, kita bisa lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin tidur apapun juga…….. Mama jangan pergi……. .” Ketika telinganya menangkap detak jantung yang melemah, ia berdoa lagi kepada Tuhan: “Tuhan Maha Pengasih dan Pemberi, Tuhan….. satu jam saja…….satu jam saja…..”

Tapi dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama seperempat abad tidak berakhir sia-sia.

Harapan Kosong Dalam Sebuah Impian

Hatiku telah tertutup awan kelabu
gelap sudah rasa ini padamu
kau acuhkan aku saat kau telah memiliki yang lain
tapi kau rayu aku saat kau membutuhkanku

ku telah terlanjur sayang padamu
akupun akan selalu berusaha untuk menepati janji itu
tapi kenapa kau tak berusaha untuk menepati janjimu sendri

kau malah menjelekanku dalam setiap stat yang kau tulis hanya untuk membela orang yang berada di dunia maya
dan kau selalu membanggakan orang yang belum pernah membahagiakanmu secara nyata

kini semua harapanku telah sirna
harapanku telah kosong
impianku telah hancur karena oranng ke tiga

dan hanya sebuah kenangan yang terus tersimpan dalam hati
biarlah ku yang selalu menderita
biarlah ku yang selalu sakit2an
biarlah ku yang selalu merenungi kesedihan ini
karena semua'a telah hilang
oleh orang yang tak punya malu

kini sudah tiba waktu'a ku mengikhlaskanmu
kata ini sungguh berat untuk ku ucapkan
kata2 ini pula yang mengakhiri kisah


hanya sebuah puisi,syair dan sajak indah yang selalu ku lantunkan

mawar merah kini telah mengering
jatuh berguguran dan terinjak
hingga seluruh tubuhnya terasa sakit.

bunga kehidupan yang telah kuncup mati dengan begitu saja.
sampai dimana kita bersabar........?
sampai dimana kita bergembira di atas penderitaan orang lain?

kau sudah di bodohi olehnya
tapi kau tak sadar2 juga dengan apa yang telah kau lakukan.

siapa yang selalu kau banggakan...?
siapa yang selalu siap membantumu dikala susah...?
siapa yang mau menemanimu disetiap sakitmu....?
dengan siapa kau selalu mengeluh dan membuat orang sedih...?


mungkin semua ini adalah jalan hidupku.
walau kau membaca'a kau takkan mengerti karna kau tak punya hati nurani
kau hanya punya ambisi kebahagian walau orang yang menderita.

dalam satu sumur kita membagi air
dan apakah si sumur itu ikhlas dengan pemberian'a.


Bagai Setetes Embun

Hidup bagai setetes embun pagi
runtuh di atas daunan jati
aliri reranting kering
lalu terjatuh dari pucuknya
usai semedi menjadi kaca
hidupmu
bagai setetes embun pagi
barangkali sisa hujan kemarin malam
yang dihisap bunga-bunga
dan usai semedi senja purnama
rebah kembali ke rahim
hidupmu
bagai air mengalir
entah kemana


Mengapa Lelaki Jatuh Cinta

Senin, 28 November 2011

Entah mengapa, tiba-tiba saja sebuah kenangan mengalir diantara hidup seorang lelaki. Aku, lelaki, hidup dengan dunia penuh kenangan.

Barusan, tiba-tiba sebuah alunan dari lagu “Sempurna” oleh Andra and The Back Bone hadir. Sebuah lagu yang mengingatkanku tentang hari jauh lampau, suatu ketika dimana hidupku penuh dengan kenangan cinta.
Masih jelas ingatku ketika aku pertama bertemu dengannya di pustaka, dia memberiku keripik ungu. Aku mengambilnya dengan tangan kiri karena cacatnya tangan kananku. Lantas begitu aku pulang, dia bertanya, “mengapa engkau mengambil dengan tangan kiri?” Aku ingat, hari itu adalah Jumat. Sama seperti hari ini.

Aku pun ingat, ketika sekotak tupperware terisi dengan misoa yang dibuatnya saat dia ingat bahwa dari dulu aku ingin sekali misoa, karena semenjak Ramadhan aku tidak memakan kue misoa. Buatannya enak, sangat enak dan aku memakannya dengan lahap. Aku tahu, dia membuatnya dengan cinta.

Atau ketika mie goreng yang sering dibuatnya diberikan kepadaku. Ketika aku katakan bahwa aku ingin merasakan mie goreng racikannya. Aku ingat, betapa enaknya mie goreng itu itu, karena aku tahu mie itu dibuat dengan cinta.

Saat itu, aku, lelaki, jatuh cinta.

Namun aku sebagai lelaki adalah yang tidak menghargai cinta. Ketika aku sedang jatuh cinta, dan dia sedang mencintaiku, aku malah bermain api. Melalui blog ini dia mulai membenciku. Ketika aku sedang mengejarnya, disaat yang sama aku bergumam dan mengingau tentang Sang Puteri.
Semua kegagalan cinta adalah salahku. Di awal salahkulah semua bermula.

Bukan salahnya yang membenciku, karena akulah sang pelaku sejati kesalahan. Ku tahu, dia adalah seseorang dengan penuh kelembutan. Seseorang yang lebih membutuhkan cinta daripada aku membutuhkan cinta. Tak apa jika cinta tak hadir menyapaku, toh aku adalah lelaki yang awal lahir hadir untuk ditakdirkan kesepian. Aku, lelaki hampa.

Entah mengapa, hingga saat ini aku belum mampu lupa. Hampir seribu hari telah datang dan pergi, namun rasanya butuh sejuta hari agar aku lupa bahwa aku pernah mencintai seseorang dengan sebenar-benar cinta. Bahkan hingga kapan dia sakit setiap bulannya, aku mengingat.

Lagu sempurna terus melantun. Kenangan itu menusuk hadir. Lelaki, aku menangis.
Hingga suatu ketika, aku melihat dia pada sosok yang lain. Seseorang yang berbeda dengan gaya yang sama. Entah mengapa, saat itu aku mulai suka.

Mengapa lelaki jatuh cinta? Sumpah aku tak tahu. Mungkin ini sebuah fitrah bahwa lelaki juga manusia. Bahwa lelaki membutuhkan seseorang di sampingnya, bahwa dia juga membutuhkan cinta.

Curhat : Aku Kesepian

Aku sering merasa kesepian. Selalu. Hidupku cuma terbentuk dari ruang 3×3 meter dengan pendingin ruangan yang sesekali meneteskan air karena bocor. Berkeliling tumpukan kertas yang terserak. Kabel yang semberaut. Air mineral. Dan tisu-tisu bekas yang belum juga masuk ke dalam tong-tong sampah terdekat.
kesepian

Sore kemarin. Di bawah teduh awan yang mendung, dalam langit yang mulai gelap dan menghitam, kepada seorang teman yang telah aku anggap dekat, aku katakan: AKU KESEPIAN. Aku katakan perasaanku tentang hati orang-orang, mereka yang mendekat saat kita menjadi hebat dan tidak ada yang mengunjungi saat kita bukan lagi apa-apa. Aku melihat manusia dengan sudut pandang yang sinis. Terkadang ironis. Hiperbola. Personifikasi. Oh, sudahlah, ini kita bukan bercerita tentang majas. Aku melihat manusia sebagai sekelompok makhluk yang hidup dari satu kepentingan kepada kepentingan yang lain. Saat dia perlu, dia hadir, saat tidak, maka semuanya serasa sampah.
Tidak semua memang. Sebagian hadir dalam wujud yang tulus, namun kebanyakan memang demikian praktiknya. Sosokmu ada karena kamu itu dianggap penting.

Kepada temanku itu, aku katakan juga bahwa temanku tidak banyak. Aku tidak tahu harus mengeja nama siapa saat aku berada di dalam lubang sunyi itu. Sedari dulu, aku hidup di dalam dunia yang begitu sepi. Teman-teman terbaikku, tidak hadir dalam jarak yang berdekatan, kecuali cuma sedikit dari mereka.
Aku butuh banyak orang yang berkumpul bersamaku bukan karena mereka sedang membutuhkan aku, namun aku ingin seseorang yang memang menjadikannya aku sebagai teman yang mereka sayangi. Masalahnya adalah aku ini pemalas. Aku malas membina hubungan, aku malas untuk memulai. Aku terlalu takut, gugup, tidak percaya diri untuk mulai memberikan tangan sebagai awal mula persahabatan. Sebangsa, aku ini pecundang.

Di kedai-kedai kopi, saat aku duduk, aku menatap ke mata orang-orang, berusaha mengeja setiap detail retina mereka, melihat tentang masa-masa yang mereka habiskan dalam hidup. Apakah ada kesetiaan di sana, ketulusan, kesetiakawanan. Apakah senyum dan tawa mereka, itu hadir dari sekian tahun persahabatan atau cuma terbentuk dari suatu hubungan yang sarat kepentingan.

Aku iri dengan orang-orang yang hidup dengan banyak teman. Orang-orang yang selalu dibantu oleh kebanyakan orang.

Aku kesepian. Di antara milyaran manusia, mungkin teman baikku cuma mampu dihitung dengan jemari tangan. Aku memang tertutup, tetapi bukan justifikasi bahwa aku tidak membutuhkan orang-orang, terlebih sebenar-benarnya seorang teman.

Jangan Berhenti Untuk Tersenyum

Tiba-tiba saja aku teringat seseorang. Dan aku mengambil sebuah pelajaran bermakna, bahwa apa yang kita tangiskan kemarin mungkin akan berbuah senyuman hari ini.

Dulu sekali, aku berharap dia akan mengisi hidupku. Dia adalah yang mengajari aku bangun di sepertiga malamku. Dan sekarang dia sudah menikah. Malah sudah hamil. Entah mengapa, aku pun berbahagia. Sangat bahagia bahwa orang yang dulu pernah aku cintai telah menemukan kebahagiannya.
Padahal, dulu ketika kami bersepakat untuk berhenti memberitakan malam. Ketika kami bersepakat, biarlah malam kami kejar, namun tak usah kami ceritakan. Biarlah sebuah sujud hadir karena bukan akibat bunyi dering yang membangunkan. Aku menangis ketika itu.

Bahkan aku pernah berharap. Kelak jika punggungku tegak, dia yang akan aku kabari untuk itu. Namun, sebelum punggungku tegak, dia telah menyelesaikan satu takdir terbaiknya.

Ketika kabar itu tiba, aku tidak menangis. Aku tersenyum. Bahagia ketika engkau melihat orang yang dulu pernah begitu dekat denganmu berbahagia.

Mengingat hal tersebut aku mengingat kondisiku sekarang. Besar kemungkinan aku pun akan tersenyum esok hari, ketika semua cerita telah tuntas diberitakan. Ketika semua gaib-gaib yang bersarang di dalam dada telah usai disembunyikan. Kelak ketika hari itu tiba, aku tidak akan menangis, namun aku hendak tersenyum berbahagia.

Aku percaya. Tuhan tidak memberikan semua apa yang kita inginkan, namun dia memberikan sesuatu yang kita butuhkan, yang terbaik yang dapat diberikan. Bahkan episode-episode kepiluan, kesenduan, itu adalah pemberian Tuhan untuk semua yang kita butuhkan, bahwa ada pelajaran tentang keikhlasan, kesabaran, serta ketegaran yang hendak diajarkan-Nya.

Tak setiap orang ingin menangis. Tak setiap orang ingin ditinggalkan. Tak setiap orang ingin dilukai dan patah hati. Namun Tuhan memberikan semua itu sebagai bekal, bahwa hidup adalah sesuatu yang harus dicermati. Dia tidak mengabulkan apa yang kita inginkan, Dia memberikan apa yang kita butuhkan, untuk mampu berjalan dengan punggung yang tegak dan dada yang kokoh. Terkadang kita lupa tentang itu.

Buat apa semua keluhan? Apakah kita akan mengeluh ketika guru memberikan satu-dua rumus matematika? Padahal itu adalah bekal agar kita mampu melanjutkan ke tahap selanjutnya. Bagaimana kita bisa terbang tinggi, jika hal yang sederhana tidak mampu kita selesaikan.

Kelak, Tuhan juga akan mengajarkan aku ketiada tergesa-gesaan. Bahwa sesuatu harus engkau pikirkan secara matang sebelum diputuskan. Bahwa, tak semua orang seindah ketika dia masih bersamamu, beberapa di antara mereka ada yang menjadi seperti racun. Membencimu hingga ke sumsum.

Ohmm…

Untuk semua pelajaran Tuhan. Aku pun menutup mata, kembali pulang dalam laksa hening semesta. Jangan pernah berhenti tersenyum, mungkin tangismu hari ini akan berbuah kegembiraan di esok hari.

Kemelut Cinta

Nikmatilah cinta dengan kasih putih, maka akan lahir cinta sejati.


Mengagumimu apa adanya dan menjadi inspirasi dalam hidupku. Membangkitkan rasa cintaku menjadi tak terbatas. Kini, kuserahkan diriku apa adanya.

Tak akan pernah tahu, kemana mata hati melangkah dan berpijak. Sosokmu hanya banyang semu di hati. Abadilah asa bersama mimpiku.


Sesaat mengenal telah menambah arti dalam hidupku. Kudapatkan anugerah terindah di bulan penuh berkah. Tanpa kata janji, hanya ungkapan cinta dan saling pecaya. Berdua kita jelang masa depan bersama dalam satu cinta, abadi selamanya.

Rindu akan belaianmu, kasih sayang, dan ketegaranmu. Walau semua itu t’lah berlalu, tapi takkan pernah terlupakan hingga akhir hayatku.


Berharap datangnya cinta bagai bunga di musim lalu, dan mengharap turunnya hujan. Kupercaya akan janji, seperti kupercaya terbitnya matahari esok pagi.

Terlihat rona mata yang indah, penuh gairah dan kedewasaan. Ramah kala menyapa, dan indah saat bertutur. Entah harus berkata apa, hati ini terpikat oleh pesonanya.


Anganku tak berhenti bersajak. Walau kutahu, kau tak pernah menganggap diriku ada, meski rasa letih mendera, aku tak akan pernah melepaskannya lagi. Kau hanya mimpi yang tak akan menjadi nyata hingga segala rasa harus padam dan berakhir. Kan selalu kurasakan hadirmu antara ada dan tiada.


Dingin angin malam membawa khayalan kian pasti. Kugantung impian dan asa, dan aku berjanji tidak akan mengecewakan dirinya.

Mencintaimu setulus hati, mengarungi lautan untuk mendapatkan cinta suci. Tak akan pernah menduakanmu walaupun terpisah jarak dan perbedaan.

Tak semua kata dapat terucap, lain di mulut lain di hati. Suatu hari nanti, kau akan tahu, rasa cinta yang tersimpan.

Jika kegelapan menyembunyikan pepohonan dan bunga-bunga dari penglihatan kita. Ia tidak akan menyembunyikan cinta dalam hati kita.

Andaikan saja aku berani berkata cinta. Kini diriku merasa lelah memendam rasa. Ingin kuungkapkan semua, meski tanpa akhir terindah.


Meski cinta tak terbalaskan, tapi tetap akan kutunggu hingga engkau hanya memikirkanku seorang.

Cinta adalah misteri yang sulit dimengerti. Cinta merupakan anugerah bagi insan manusia. Cinta adalah kebahagiaan yang terpancar dalam diri seseorang, meski terkadang cinta juga meninggalkan rasa sakit. Adakah cinta abadi? Akankah cinta selalu bersemi?


Cinta berpuisi seribu makna. Bertahun-tahun perjalanan cinta yang tak pernah terpisahkan oleh waktu dan jarak.

telah kukirimkan malam ini cinta suciku untukmu bersama hembusan angin teduh. Kusalurkan kasih sayangku melalui pori-pori jiwaku untuk bekal tidur yang kau jenjang dalam dekapan kasih membelai jiwamu.

kenapa kita harus berjumpa disaat diriku kini telah berdua? Ingin rasanya diriku lari dari kenyataan bersama hasratku bersamamu. Namun aku tak kuasa melawan sumpah yang telah terucap.

Cinta pandangan hati adalah anugerah. Cinta yang tumbuh dari hati meninggalkan rasa sayang yang sangat mendalam. Bila seseorang dapat merasakan cinta yang tumbuh dari hati, itulah yang disebut cinta sejati.

Ingin kututurkan kata demi kata, tentang perasaanku padamu.dirimu adalah cahaya dalam hatiku? Semoga kita dapat bersatu.amin

Lembayung tergores kelam, menjelajah anganku pilu. Getar kasihmu dalam badai, tinggalkan mimpi menuju harapan. Adakah harapan itu untukku?


Ketahuilah, cinta tak akan pernah sekalipun mengetahui tingkat kedalamannya, bila ia belum diterkam oleh perpisahan.
Aku datang atas nama cinta dan kini kau datang membawa putih cintamu yang begitu manis melekat dalam relung relung jiwaku.

Pernahkah ada di hatimu terpikir satu harapan untuk berjanji hidup selamanya bersamaku? Andai dirimu berada disini untuk membuka kembali jalan cinta.
Ada rasa rindu disana yang mengisi relung hati. Adakah rindu di hatimu seperti hati yang kurasakan?

Kutahu kau mencintaiku di saat kulihat binar matamu yang bersinar saat menatapku, teduh dan hangat begitu kurasakan, dan kutahu bahwa kaulah tempatku bersandar dan berlindung.

Aku mendengar bisikan angin sampaikan pesanmu padaku. Aku rasakan tetesan embun sebagai lambang kasih sayangmu. Kulihat pelangi hati sebagai gambaran cintamu padaku. 

Kurasakan ketulusan, kejujuran, dan kesetiaanmu padaku. Kini aku menyadari kalau dirimu begitu sangat sayang kepadaku. Tapi semua terasa menjadi tiada indah tanpa dirimu. Kan kujaga semua yang pernah kau berikan padaku, cinta.

Waktu pertama kali bertemu denganmu, bayanganmu selalu hadir dalam mimpi mimpiku,. Waktu berjalan bersama bayangmu, ingin sekali hatiku selalu dekat denganmu.

jikalau bunga cinta gugur menyelubungi hatiku yang sepi dan pudar bersama cinta. Tiada hal yang paling terindah selain cinta, cinta yang lahir dari hati yang paling dalam.


Cinta Tak Harus Memiliki

saat semua memang harus berakhir..
biarkanlah semuanya berakhir..
jangan pernah menangisi cinta yang pergi..
karna mungkin itu yang terbaik..
ingatlah pada sebuah hati
yang takkan pernah membenci..
walaupun sudah tak saling memiliki..
sesungguhnya..
cinta itu tak harus saling memiliki
namun yakinlah..
memang di dunia tak ada yang abadi..!!!


Cand Andrean


Kata Mutiara Penenang Jiwa

SEPI bukan berarti hilang…
DIAM bukan berarti lupa…
JAUH bukan berarti putus…
Karna diantara kita ada 1 ikatan yang tidak mudah di lupakan yaitu PERSAHABATAN,

Wahai penghuni hati yang mengendalikan isi jiwa ini
Tentramkanlh perasaan yang tak tenang atas kegalauan cintaku Damaikanlah pikiranku atas nilai buruk dan baik di jantungku tak kuat menahan rasa
sakit yang menghujam dalam sanubariku,
Masalah bukan untuk dihindari,
Tapi masalah adalah alat PNDEWASAAN diri..
Jdi lah orang yg d’ibaratkan sebgai “TONG SAMPAH”.
Bila ada teman curhat, buanglah d’dlm fikiranmu sendiri.
bila kita mendengar orang lain menjelekan sesama,buanglah d’dlm fikiranmu sendiri.
dan bila kita mengetahui kejelekan orang lain,juga buanglah d’dlm fikiranmu sendiri.
(jagalah rahasia itu N jgn d’humbar”kan),.
Sehingga tali persaudaraan tetap terpatri d’dlm hati kita semua.
Kita tak punya waktu untuk mempertanyakan apa yang tidak kita miliki
Kita hanya bisa melihat yang terbaik yang kita miliki untuk hidup kita
by_Hiruma Youichi(Eyeshield 21)
Rasa sakit itu membawa kesunyian dan rasa itulah yang membuat seseorang menjadi kuat,
Kemenangan bukanlah tujuan utama saya, tapi yang terpenting adalah membuat penonton terhibur dengan gaya balapan saya,
by_Super Sick (SIMONCELLI)


 

© Copyright Kampus Remaja 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.